KONTRIBUSI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGHASILKAN
KARBON MONOKSIDA
ABSTRAK
Transportasi merupakan salah satu kegiatan yang
berkontribusi sebagai penghasil emisi karbon. Adanya penurunan kualitas udara
oleh emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan transportasi di Surabaya,
secara tidak langsung dapat menyebabkan perubahan iklim. Karbon monoksida (CO) Gas berbau yang
tidak berwarna, lebih ringan dari udara, terbentuk sebagai hasil dari combustion
tidak sempurna. Gas ini perupakan polutan udara yang tersebar luas dan
paling lazim dijumpai. Mayoritas CO atmosferik dihasilkan oleh proses
pembakaran yang tidak sempurna bahan berkarbon yang digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor, penghangat ruangan dan industri. Dampak buruk
terhadap kesehatan telah diamati terjadi pada konsentrasi CO sebesar 12 - 17
mg/m3 selama delapan jam. 12 Pengaruh karbon monoksida terhadap kesehatan
adalah racun kimia karena dapat menembus jaringan dan diserap ke dalam aliran
darah, serta bergabung dengan hemoglobin sel darah 300 kali lebih cepat dari
oksigen dan dengan demikian menghalangi otak dan oksigen jaringan jantung (Petreous,
1996). Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh ini akan membuat sesak napas
dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera mendapat udara segar
kembali (Soedomo, 2001).
1.
Pendahuluan
Udara merupakan
faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan
fisik kota, pusat – pusat industri dan sarana transportasi yang semakin
bertambah, kualitas udara telah mengalami perubahan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas udara adalah penambahan jumlah atau volume kendaraan sebagai sarana
transportasi. Transportasi
secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke
tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka
aktivitas transportasi pun juga meningkat. Hal ini dikarenakan tidak semua
fasilitas yang dibutuhkan masyarakat berada pada satu tempat.
Kualitas udara
perkotaan menunjukkan kecenderungan menurun dalam dua dekade terakhir
(Rahmawati, 2009). Ekonomi kota yang tumbuh yang ditandai dengan laju
urbanisasi yang tinggi telah mendorong peningkatan kebutuhan energi yang pada
akhirnya menyebabkan bertambahnya buangan sisa energi. Aktivitas transportasi,
industri, jasa, dan kegiatan lainnya yang meningkat, telah pula meningkatkan
buangan sisa kegiatan-kegiatan tersebut ke udara. Aktivitas transportasi,
khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah
perkotaan.
Salah satu
polutan berbahaya yang terkandung dalam udara adalah gas Karbon Monoksida (CO).
Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
, tidak mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun dan
berbahaya. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,
terdapat dua ikatan kovalen berikatan
dan satu ikatan kovalen koordinasi
antara karbon dan oksigen.
Gas
CO dapat bertahan lama di muka bumi karena kemampuan atmosfer untuk menyerapnya
adalah 1 sampai 5 tahun. Gas CO utamanya dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna dari senyawa karbon, misalnya berasal dari minyak tanah, bensin,
solar, batubara, LPG, atau kayu. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Namun, pada umumnya gas CO
terbentuk secara alamiah maupun sebagai hasil sampingan kegiatan manusia.
Dampak
dari CO bagi manusia, bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang,
kelahiran prematur, badan bayi di bawah normal, keracunan dll. Keracunan gas CO
dapat menyebabkan kematian, ia masuk ke paru-paru lalu masuk ke dalam molekul hemoglobin dalam sel darah merah. CO
terikat pada hemoglobin dan memiliki
kecenderungan yang sama dengan oksigen. Kemudian terbentuklah carboxy hemoglobin. Carboxy hemoglobin menghambat
masuknya oksigen ke dalam molekul hemoglobin
dan menghambat kemampuan penukaran gas dari sel darah merah. Akibatnya, tubuh
kekurangan oksigen yang menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian sehingga
perlu upaya untuk pencegahan terhadap CO meskipun untuk mengetahui adanya CO
sangat sulit tetapi keracunan gas CO masih bisa diidentifikasi dengan gejala
yang timbul. Gejala yang timbul pada konsentrasi rendah adalah serupa dengan
gejala flu, seperti kepala pusing , pernafasan yang terganggu dan sedikit mual
atau dapat dilakukan pencegahan pada sumber yang dapat menghasilkan gas CO (
pada kendaraan bermotor khususunya ).
2.
Analisa
dan Pembahasan
A.
Definisi
Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah
zat pencemar udara yang patut mendapat perhatian, 90% dari seluruh zat pencemar
kendaraan bermotor adalah berupa gas CO (Samsuri, 1982:90).
Karbon monoksida adalah gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa , tidak mudah larut dalam air, tidak
menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya. Karbon monoksida pertama kali
dihasilkan oleh kimiawan Perancis de Lassone pada tahun 1776 dengan memanaskan
seng oksida dengan kokas. Dia menyimpulkan bahwa gas yang dihasilkan adalah
hidrogen, karena ketika dibakar ia menghasilkan lidah api berwarna biru. Gas
ini kemudian diidentifikasi sebagai senyawa yang mengandung karbon dan oksigen
oleh kimiawan Inggris William Cumberland Cruikshank pada tahun 1800.
Sifat-sifat CO yang
beracun pertama kali diinvestigasi secara seksama oleh fisiolog Perancis Claude
Bernard sekitar tahun 1846. Dia meracuni beberapa anjing dengan gas tersebut,
dan mendapati darah anjing-anjing tersebut berwarna lebih merah di seluruh
pembuluh darah.
Selama Perang Dunia II,
karbon monoksida digunakan untuk menjaga kendaraan bermotor agar tetap berjalan
di daerah-daerah yang kekurangan bensin. Pembakar batu-bara atau kayu
dipasangkan, dan karbon monoksida yang diproduksi dengan gasifikasi dialirkan
ke karburator. CO dalam kasus ini dikenal sebagai "gas kayu" (Wikipedia,
2009).
B. Sumber
CO
Emisi gas karbon monoksida dari
alam, proses geologis maupun dari aktivitas manusia. Karbon monoksida yang
dihasilkan akibat aktivitas manusia merupakan salah satu penyumbang karbon
monoksida terbesar di alam. Sumber karbon monoksida dapat dibagi menjadi 3
macam yaitu:
a) Sumber
Titik
Karbon monoksida,
walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di atmosfer sebagai hasil
produk dari aktivitas gunung berapi. Ia larut dalam lahar gunung berapi pada
tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida dalam gas
gunung berapi bervariasi dari < 0,01 % - > 2 % bergantung pada gunung
berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida bervariasi dari
tahun ke tahun, maka sangat sulit untuk secara akurat menghitung emisi alami
gas tersebut.
Ø CO
dapat terbentuk secara alamiah walaupun
jumlahnya relatif sedikit. Seperti: gas hasil kegiatan gunung berapi, proses
biologi dll (Anonim, 2008)
Ø Sebagai
hasil sampingan kegiatan manusia
Ø Selain
itu juga CO berasal dari pembakaran produk-produk alam dan sitesis, termasuk
rokok (Anonim, 2008).
Ø Karbon
monoksida dapat juga dihasilkan reaksi oksida gas metana oleh radikal hidroksil
dan dari perombakan/ pembusukan tanaman meskipun tidak sebesar yang dihasilkan
pembakaran bensin.
b) Sumber
Area
Pada sumber ini gas
karbon monoksida dapat berasal dari proses industri. Dimana pabrik-pabrik yang
terdapat di kawasan industri ini tidak memasang scruber pada cerobong asap
pabrik. Scruber adalah alat yang berfungsi sebagai penyaring sehingga asap yang
dilepas pabrik ke udara, merupakan asap yang sudah melalui penyaringan, dan
tidak mengandung gas karbon monoksida yang berbahaya bagi lingkungan.
c) Sumber
Bergerak
Di
kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan bermotor seperti
mobil, truk, bus dan sepeda motor karena pembakaran BBM yang tidak sempurna.
Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas
CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui
beberapa tahap sebagai berikut :
2C (s) + O2 (g) ——–> 2CO (g)
2CO (g) + O2 (g) ——–> 2CO2 (g)
Reaksi
pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua, oleh karena
itu CO merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat
merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan reaksi
kedua. CO dapat menjadi produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran
pembakaran cukup, hal ini dikarenakan proses pembakaran antara minyak bakar dan
udara tidak tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan
udara menghasilkan beberapa tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah
perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon
monoksida yang dihasilkan (Prabu, 2008).
C. Karbon monoksida di atmosfer
Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah
lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas
gunung berapi. Ia larut dalam lahar gunung berapi
pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida dalam
gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2%
bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon
monoksida bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat
menghitung emisi alami gas tersebut.
Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara
tidak langsung dengan menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui
reaksi kimia dengan konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-)
yang sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di
atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon
dioksida. Konsentrasi karbon monoksida
memiliki jangka waktu pendek di atmosfer. CO antropogenik dari emisi automobil
dan industri memberikan kontribusi pada efek
rumah kaca dan pemanasan
global. Di daerah perkotaan, karbon
monoksida, bersama dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen
oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap
NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap
rokok.
3.
Kesimpulan
Ø Karbon
monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa , tidak
mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun dan berbahaya. Ia
terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom
oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen berikatan dan satu
ikatan kovalen koordinasi antara karbon dan oksigen.
Ø Salah
satu penyebab munculnya Karbon Monoksida adalah dari hasil pembakaran tak
sempurna pada kendaraan bermotor
Ø Untuk
mencegah munculnya CO, langkah awal yaitu merawat mesin kendaraan bermotor agar
tetap baik, misalnya melakukan servis yang teratur. Pada saat servis, sebaiknya
meminta mekanik agar kadar CO dalam emisi gas buang selalu memenuhi persyaratan
yang ditetapkan pemerintah.
4.
Daftar
Pustaka
Ahmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Anonim. 2008. Bahaya Karbon Monoksida.
(Online), http://kafemotor.org/2008/01/31/bahaya-karbon-monoksida-co/ _
KafeMotor, diakses 19 Februari 2009
Anonim. 2008. Parameter Pencemaran
Karbon Monoksida. (Online),
http://www.mupeng.com/forum/archive/index.php/t-4583.html : parameter
pencemaran udara, diakses 15 Februari 2009
Haryati. 2007. Pengaruh Sistem Pengapian
dan Putaran Emisi Gas BuangCO pada Motor Bensin Toyota 4 Tak 4 Silinder Type 5K
Terhadap Kecepatan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang
Prabu. 2008. Karbon Monoksida. (Online),
http://www.infogue.com/viewstory/2008/12/25/karbon_monoksida_co_kesehatan_lingkungan,
diakses 19 Februari 2009
Samsuri. 1982. Kimia Lingkungan. Malang:
IKIP Malang
Wikipedia. 2008. Karbon Monoksida.
(Online), file:///media/DATA_USER/pp/Karbon Monoksida, diakses tanggal 15
Februari 2009
Selamat Membaca dan Terima Kasih, Mohon Maaf Bila Ada Kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar